Selasa, 13 Juni 2017

Memilih Sahabat

Standard

"Mana yang lebih anda sukai, saudara atau sahabat anda?".‎

Sebagian pasti ada yang menjawab saudaranya lebih disukai. Sebagian lagi menjawab, "Kadang-kadang dengan sahabat, kita lebih bisa curhat”.‎

Jawaban yang kedua yang ingin saya bahas dalam Kultum kali ini.‎

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sahabat bisa berarti "teman", sedangkan sahabat akrab adalah "orang yang begitu dekat kepada kita sampai pada tingkat boleh mengetahui rahasia pribadi."‎

Ada beberapa tingkatan sahabat.

Tingkatan pertama adalah "SHOHIB" yang dalam bahasa Indonesia menjadi “sahabat”. Shohib tidak harus selalu seide dengan kita.

Tingkat yang lebih tinggi adalah "SHODIQ", yang berasal dari kata “shidq” yang artinya "benar” atau “jujur”. Sahabat yang baik adalah mereka yang berkata jujur dan sikapnya akan selalu benar pada kita.

Ada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu "KHOLIL", yang berasal dari akar kata bermakna “celah”. Maksudnya adalah sahabat yang begitu dekat dengan kita.

Pertemanannya, persahabatannya, dan kasih sayangnya, masuk ke celah-celah kalbu. Dengan kata lain perasaan diantara keduanya sudah sehati, ketika salah satunya sakit, yang lain akan ikut merasakan sakit.

Kholil ibarat melihat diri kita saat bercermin. Contoh Kholil dalam sejarah Islam dapat dijumpai pada dua sahabat Rasul: Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khatthab.

Suatu hari ada orang berkata, “Saya tidak tahu siapa khalifah, siapa kepala negara, apakah engkau wahai Abu Bakar atau Umar?”.

Abu Bakar menjawab, “Saya, tetapi dia”.‎

Selain Shodiq, Shohib, dan Kholil, ada lagi "BITHONAH", yaitu ‎teman terdekat atau orang kepercayaan yang kita beritahu rahasia kita. Bithonah bersinonim dengan kata "Waliy", yaitu orang yang mendekat.

Allah SWT berfirman, "orang yang beriman itu waliy-nya adalah Allah, Rasul, dan orang-orang beriman."‎

Al-Qur`an mengajarkan kita untuk mencari sahabat yang terus menerus bersama kita dan memberi manfaat sampai di hari kemudian. Di dalam surat Az-Zukhruf/43 ayat 67, Allah SWT berfirman:

‎ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ
‏‎‏
‎Menurut ayat ini, semua sahabat pada hari kemudian akan bermusuhan kecuali sahabat yang dijalin berdasarkan ketakwaan kepada Allah.

Ada beberapa kriteria orang yang layak dijadikan sahabat.

Pertama, lihat terlebih dahulu apakah dia baik kepada keluarga dan orang tuanya. Jika ia durhaka jangan jadikan ia sahabat.‎

Kedua, lihat bagaimana sikapnya terhadap materi.

Ketiga, lihat bagaimana aktivitasnya sehari-hari.‎

Keempat, lihat bagaimana reaksinya jika anda salah. Apakah ia menasehati anda? Jika tidak, ia tak bisa menjadi sahabat.‎

Kelima, lihat keakrabannya dengan anda. Persahabatan itu harus seimbang, tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi atau lebih baik.‎

Bagian akhir pada ayat terakhir dari surat Al 'Ashr adalah:

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Saya menjabarkannya: "Mereka saling mendorong, saling melarang, saling mengingatkan, saling menasehati, saling menyarankan satu sama lain, dan setara dalam saling menasehati itu".‎

Kata "Tawaashaa" berarti setara dalam menasehati. Berbeda dengan kata "Shaawuu", yang berarti salah satunya mendominasi yang lain.‎

Kata "Tawaashaa" berarti berdiri sejajar. "Aku tak lebih baik darimu dan kamu pun tak lebih baik dariku, dan kita saling menasehati".‎

Teman yang baik adalah ia yang menegur kita:

"Bro, kemarin aku ga lihat kamu sholat Isya dan Tarawih di masjid. Kamu kemana? Kamu gak apa-apa kan?".‎

"Aku ga lihat kamu beberapa hari ini, kamu kemana? Aku mengkhawatirkanmu".‎

Itulah "Tawaashaw bil-haqq", saling mengingatkan tujuan kita di dunia ini. Bagaimana seharusnya kita dapat hidup dengan baik tanpa melupakan tujuan hidup di dunia.‎

Semoga kita semua mendapat teman yang baik. Semoga Allah SWT membantu kita melawan godaan yang datang dan menjadikan kita manusia yang lebih baik. Dan semoga pada akhirnya, kita juga bisa membuat orang lain menjadi dekat dengan Allah karena kita.

Itulah yang semestinya dilakukan, menjadi orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, bukan dengan cara menambah musuh.

2 komentar:

  1. فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaa... ternyata sempet ngunjungin nih blog... :)

      Hapus

Posting Komentar

Thanks for your comment ^_^