Karena merasa umurnya sudah cukup tua, akhirnya ia mengajukan diri untuk pensiun. Sang bos sebenarnya keberatan ia pensiun, karena perusahaan telah untung besar selama ia bekerja di perusahaannya. Sang bos pun menjanjikan kenaikan gaji hingga tiga kali lipat jika ia menunda pensiunnya. Tapi si tukang bangunan tetap kekeh mau pensiun.
Akhirnya sang bos mengabulkan permintaan si tukang bangunan, tapi dengan satu syarat, yaitu ia harus membangunkan sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Si tukang bangunan pun dengan berat hati menyetujuinya.
Mulailah ia membangun sebuah rumah. Karena merasa bahwa rumah tersebut adalah rumah terakhir yang dibangunnya, akhirnya ia mengerjakannya asal-asalan. Material yang digunakannya jauh di bawah standar, yang penting jadi, pikirnya.
Singkat cerita, selesailah rumah tersebut, dan ia menyerahkan kunci rumah kepada si bos. Apa kata bosnya?
Bosnya berkata, "Wahai saudaraku, rumah terakhir yang kau bangun itu adalah untukmu sebagai bonus dari kami karena selama tahunan sudah bekerja di perusahaan kami. Silahkan ambil."
Kaget dan menyesal-lah si tukang bangunan. Andai saja ia tahu bahwa rumah yang dibangun itu adalah untuknya, maka ia akan membangunnya dengan mewah dan dengan material yang paling bagus.
Begitu pula dengan ibadah yang kita lakukan. Seringkali kita melakukan ibadah dengan tergesa-gesa dan apa adanya, asal-asalan, hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Padahal ibadah yang kita lakukan itu nantinya akan kembali kepada diri kita sendiri. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak membutuhkan ibadah kita. (#𝓪𝓯_𝓶)