Rabu, 03 Juni 2015

Tawakkal Kepada Allah

Standard


لَوْ كُنْتَ مُتَوَكِّلاً عَلَى اللَّه حَقَّ التَّوَكّل، لَمَا قَلَقْتَ لِلْمُسْتَقْبَل

— Jika engkau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pasti engkau tidak akan khawatir akan masa depan.

وَلَوْ كُنْتَ وَاثِقًا مِنْ رَحْمَتِهِ تَمَامَ الثِّـقَة، لَمَا يَئِسْتَ مِنَ الْفَرَج

— Jika engkau yakin akan rahmat-Nya dengan sebenar-benarnya, pasti engkau tidak akan putus asa akan adanya jalan keluar.

وَلَوْ كُنْتَ مُطْمَئِـنًّا إِلَى عَدَالَتِهِ بَالغَ الإِطْمِئْنَان، لَماَ شَكَكْتَ فِي نِهَايَةِ الظَّالِمِيْنَ

— Jika engkau tenang akan keadilan-Nya dengan sebenar-benarnya, pasti engkau tidak akan merasa sebagai orang yg terzholimi.

تَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَ ثِقْ فِى رَحْمَتِهِ وَاطْمَئِنْ إِلَى عَدَالَتِهِ


— Bertawakkallah kepada-Nya, yakinlah akan rahmat-Nya dan tenanglah akan keadilan-Nya.

____________

Twitter: @azharulfuad

"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?"

Standard

Saat seseorang bertemu dengan orang terkenal: baik pejabat, artis idola atau orang yang sangat dikagumi, biasanya akan senang untuk ngobrol berlama-lama. Berfoto ria, kemudian diupload di Facebook atau Twiter, bila perlu fotonya di bingkai dan dipajang di dinding rumah.

Tak jarang, pertemuan itu diceritakan kepada banyak orang. "Eh, tadi gw ketemu si Fulan lho... Gw sempet foto bareng!". Dan itu menjadi kenangan yang sulit dilupakan.

Saat bertemu dengan idola, kita berusaha ngobrol berlama-lama dengannya. Kalaupun speechless, akhirnya apa pun diobrolin, dengan maksud agar bisa berlama-lama dengannya.

Nabi Musa as, pernah mengalami hal ini saat beliau "ngobrol" langsung dengan Allah. Sebenarnya kisah ini cukup panjang, saya hanya akan mengutip "speecless" nya nabi Musa as, saat beliau "ngobrol" langsung dengan Allah SWT.

Kisah ini ada dalam surat Thaahaa/20 dimulai dari ayat ke-9. Di saat Nabi Musa merasa "shock" karena kaget ada yang memanggil namanya di sebuah lembah suci "Thuwa", yang memerintahkannya untuk melepas sandal/sepatunya, dan berkata: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku", maka, untuk menghilangkan suasana "tegang" itu, Allah SWT bertanya:

وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يَا مُوْسَى

"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?" (QS. Thaha/20: 17)

Sebuah pertanyaan yang menyejukkan. Allah memanggil nama Nabi Musa di belakang, bukan di depan. Karena jika namanya disebut di depan, biasanya untuk perintah. "Ya Musa! Lepas sendalmu!, Ya Musa, sembahlah Aku!".

Dari ayat ini, kita bisa mencontoh saat bertanya kepada anak, misalnya:
"Mau kemana, Faiz?", "Sudah makan belum, Faiz?".

Berbeda jika kita menggunakan kalimat:
"Faiz! Mau kemana?", "Faiz! Sudah makan belum?".

Ada perbedaan kesan yang ditimbulkan, pertanyaan kasih sayang atau pertanyaan ketegasan.

Kembali ke kisah Nabi Musa as, saat beliau ditanya Allah, Nabi Musa as pun menjawab dengan banyak jawaban. Padahal Allah hanya bertanya satu pertanyaan: "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?". Tapi apa jawab Nabi Musa as?. Beliau berkata:

قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى

Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". (QS. Thaha/20: 18)

Sebuah jawaban yang berkesan speechless, Nabi Musa as berusaha untuk "ngobrol" berlama-lama dengan Allah. Maka, ia pun menceritakan tentang tongkatnya itu, hingga memukul daun untuk kambingnya pun beliau ceritakan.

Sebenarnya masih banyak yang bisa disampaikan tentang kisah ini. Tapi apa daya, kedua jempolku sudah pegel. Bacalah surat Thaha tentang kisah Nabi Musa as yang penuh makna ini.
__________


Twitter: @azharulfuad

Kisah Uang yang Hilang

Standard

Suatu malam, datanglah seorang laki-laki menghadap imam Abu Hanifah. Ia berkata: "Wahai imam, dulu aku pernah menyimpan uang di suatu tempat. Tapi sekarang aku lupa tempat itu. Apakah tuan bisa menolongku cara menemukannya?".

Imam Abu Hanifah berkata: "Ini bukan masalah fiqih, jadi aku tidak bisa memberimu solusi".
Kemudian beliau berfikir sejenak.. lalu berkata: "Pulanglah, kemudian sholatlah hingga terbit fajar. Insya Allah engkau akan ingat tempat itu".

Laki-laki itu pun pulang, kemudian mulailah ia sholat. Tiba-tiba.. setelah beberapa saat, di tengah-tengah sholat ia ingat tempat ia menyimpan uangnya. Segera saja ia menuju tempat tersebut dan benar!! Ia menemukannya.

Keesokan paginya, datanglah ia menemui imam Abu Hanifah, dan mengabarkan bahwa ia telah berhasil menemukan uangnya. Sambil berterima kasih, ia bertanya: "Bagaimana tuan tau bahwa aku akan ingat tempat itu?".

Imam Abu Hanifah berkata: "Karena aku tau, bahwa syetan tidak akan meninggalkanmu saat engkau sholat. Ia akan terus menggodamu hingga pikiranmu sibuk mengingat-ingat uangmu di dalam sholatmu".
________________

Twitter: @azharulfuad

قصة المال الضائع

يروى أنّ رجلاً جاء إلى الإمام أبى حنيفة ذات ليلة، وقال له: يا إمام! منذ مدّة طويلة دفنت مالاً في مكان ما، ولكنّي نسيت هذا المكان، فهل تساعدني في حل هذه المشكلة؟

فقال له الإمام: ليس هذا من عمل الفقيه؛ حتّى أجد لك حلاً.

ثمّ فكر لحظة وقال له: اذهب، فصلِّ حتّى يطلع الصبح، فإنّك ستذكر مكان المال إن شاء اللّه تعالى.

فذهب الرجل، وأخذ يصلّي. وفجأة، وبعد وقت قصير، وأثناء الصلاة، تذكر المكان الذي دفن المال فيه، فأسرع وذهب إليه وأحضره.

وفي الصباح جاء الرجل إلى الإمام أبى حنيفة، وأخبره أنّه عثر على المال، وشكره، ثم سأله: كيف عرفت أنّي سأتذكر مكان المال؟


فقال الإمام: لأنّـي علمت أنّ الشيطان لن يتركك تصلّي، وسيشغلك بتذكر المال في صلاتك