Saat seseorang bertemu dengan
orang terkenal: baik pejabat, artis idola atau orang yang sangat dikagumi,
biasanya akan senang untuk ngobrol berlama-lama. Berfoto ria, kemudian diupload
di Facebook atau Twiter, bila perlu fotonya di bingkai dan dipajang di dinding
rumah.
Tak jarang, pertemuan itu
diceritakan kepada banyak orang. "Eh, tadi gw ketemu si Fulan lho... Gw
sempet foto bareng!". Dan itu menjadi kenangan yang sulit dilupakan.
Saat bertemu dengan idola, kita
berusaha ngobrol berlama-lama dengannya. Kalaupun speechless, akhirnya apa pun
diobrolin, dengan maksud agar bisa berlama-lama dengannya.
Nabi Musa as, pernah mengalami hal
ini saat beliau "ngobrol" langsung dengan Allah. Sebenarnya kisah ini
cukup panjang, saya hanya akan mengutip "speecless" nya nabi Musa as,
saat beliau "ngobrol" langsung dengan Allah SWT.
Kisah ini ada dalam surat
Thaahaa/20 dimulai dari ayat ke-9. Di saat Nabi Musa merasa "shock"
karena kaget ada yang memanggil namanya di sebuah lembah suci "Thuwa",
yang memerintahkannya untuk melepas sandal/sepatunya, dan berkata:
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku", maka, untuk
menghilangkan suasana "tegang" itu, Allah SWT bertanya:
وَمَا تِلْكَ
بِيَمِيْنِكَ يَا مُوْسَى
"Apakah itu yang di tangan
kananmu, hai Musa?" (QS. Thaha/20: 17)
Sebuah pertanyaan yang
menyejukkan. Allah memanggil nama Nabi Musa di belakang, bukan di depan. Karena
jika namanya disebut di depan, biasanya untuk perintah. "Ya Musa! Lepas
sendalmu!, Ya Musa, sembahlah Aku!".
Dari ayat ini, kita bisa mencontoh
saat bertanya kepada anak, misalnya:
"Mau kemana, Faiz?",
"Sudah makan belum, Faiz?".
Berbeda jika kita menggunakan
kalimat:
"Faiz! Mau kemana?",
"Faiz! Sudah makan belum?".
Ada perbedaan kesan yang
ditimbulkan, pertanyaan kasih sayang atau pertanyaan ketegasan.
Kembali ke kisah Nabi Musa as,
saat beliau ditanya Allah, Nabi Musa as pun menjawab dengan banyak jawaban.
Padahal Allah hanya bertanya satu pertanyaan: "Apakah itu yang di tangan
kananmu, hai Musa?". Tapi apa jawab Nabi Musa as?. Beliau berkata:
قَالَ هِيَ
عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ
أُخْرَى
Berkata Musa: "Ini adalah
tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk
kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". (QS. Thaha/20: 18)
Sebuah jawaban yang berkesan
speechless, Nabi Musa as berusaha untuk "ngobrol" berlama-lama dengan
Allah. Maka, ia pun menceritakan tentang tongkatnya itu, hingga memukul daun
untuk kambingnya pun beliau ceritakan.
Sebenarnya masih banyak yang bisa
disampaikan tentang kisah ini. Tapi apa daya, kedua jempolku sudah pegel.
Bacalah surat Thaha tentang kisah Nabi Musa as yang penuh makna ini.
__________
Twitter: @azharulfuad