Minggu, 06 Maret 2022

Perang Badar Melawan Kantuk

Standard


Selain menikmati mengisi kuliah subuh, kesukaan saya adalah melihat jama'ah sholat subuh di masjid tempat saya mengisi pengajian.

Pertama, secara rata-rata jumlahnya paling dua-tiga shaft saja. Kedua, isinya hampir seluruhnya para manula. Ketiga, hampir setengah dari jama'ah itu adalah pihak yang sedang berperang dengan kantuknya.

Semakin lama saya semakin terampil mendeteksi mana yang menunduk karena khusu' mendengarkan tausiyah, dan mana yang menunduk karena kantuk. Jika menunduk sambil tetap ganteng, itulah khusu'. Jika hanya setengah ganteng, itulah setengah khusu', dan sisanya adalah kantuk.

Jika bibirnya mulai terbuka dan bungkuknya semakin dalam, bisa dipastikan seluruh orang ini sudah berisi kantuk. Hanya keberuntungan saja yang membuatnya masih terlihat seolah-olah duduk. Padahal goyahnya keseimbangannya hanya soal waktu. Terbukti, saat kuliah subuh bubar, orang ini masih terus khusu' di situ.

Tetapi, apapun keadaan mereka, tak mengurangi kekaguman saya pada wajah-wajah payah itu. Orang-orang ini dengan mata dan langkah berat, tetapi tetap semangat sholat subuh berjama'ah di masjid. Maka, menikmati kantuk mereka sungguh tergambar beratnya "Perang Badar" versi baru yang masih berlangsung sekarang ini.

Perang manusia terhadap kantuk adalah perang yang tidak pernah usai sampai hari ini. Maka mari kita lihat sejarah orang-orang besar itu. Satu tandanya yang jelas, mereka adalah orang-orang yang tidur sangat sedikit, terutama di jadwal tidur. Di saat orang-orang berangkat tidur, mereka belum tidur. Di saat orang-orang masih tertidur mereka sudah bangun tidur.

Najwa Shihab pernah menceritakan tentang resep mengapa Abinya, Quraish Shihab, di usianya yang sepuh masih tampak sehat dan produktif. Najwa menceritakan bagaimana Abinya itu selalu disiplin menulis setelah subuh.

Disiplin ini pasti tak sendiri. Menulis setelah subuh itu pasti didahului oleh sholat subuh. Sholat subuh ini pasti juga tak sendiri, ia pasti didahului oleh bangun sebelum subuh. Jika bangun itu masih jauh dari subuh, agak sulit membayangkan seorang alim tak melakukan sholat malam.

Ramadhan tahun ini saya beriniat akan kembali membuka Tafsir Al Misbah dan Tafsir Ibnu Katsir. Sulit sekali membayangkan kitab-kitab ini ditulis tidak di keheningan. Dan sulit membayangkan ada keheningan bisa dengan mudah ditemukan di luar sepertiga malam.

Anda bisa menambahkan deretan sangat panjang para ulama dengan kebesaran dan keluhuran mereka yang semua ternyata juga nyaris tak terpisahkan dari karena sedikitnya mereka tidur malam.

Keberkahan sebuah negara, agaknya erat hubungannya dengan ketabahan warganya di hadapan kantuk mereka. (#af_m)

Kamis, 10 Februari 2022

Jangan Jemu Berdoa, Jangan Juga Mengutuk!

Standard


Ada seorang tukang tahu..

Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya. Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah. Ba'da subuh ia selalu berdoa agar dagangannya laris.

Begitulah setiap hari, berangkat ba'da sholat subuh dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.

Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah kenapa tiba-tiba ia terpeleset. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung! 

Mengeluh ia kepada Allah, bahkan "menyalahkan" Allah, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Padahal ia telah berdoa ba'da subuh. Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang.

Tetapi..

Dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yang setiap hari ia naiki, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas! Hanya ia satu-satunya penumpang yang selamat, "gara-gara" tahunya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.

Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan, tetapi terkadang diganti oleh Allah dengan sesuatu yang jauh lebih baik daripada apa yang diminta. Allah Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri.

Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk!

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Baqarah/2: 216)

Rabu, 09 Februari 2022

Kecil Sholeh, Remaja Sholeh, Tua Murtad!

Standard


Ada seorang tukang bangunan..

Tukang bangunan ini telah bekerja di sebuah perusahaan selama puluhan tahun. Cepat dan rapih kerjaannya, profesional. Dan telah mendatangkan keuntungan yang sangat banyak untuk perusahaannya.

‎Karena ia merasa umurnya sudah agak tua, akhirnya ia bermaksud mengajukan diri untuk pensiun. Ia ingin menghabiskan masa tuanya bersama keluarganya.

Menghadaplah ia ke bos dan menyampaikan maksudnya. Tapi apa kata bosnya?

"Wah, jangan!! Kamu jangan pensiun dulu, kami masih sangat butuh tenagamu. Proyek kita sekarang sedang banyak. Tolong ditunda dulu pensiunnya!"

Akan tetapi si tukang bangunan bersikeras tetap ingin pensiun. ‎Dirayu oleh bosnya bahkan gajinya dinaikkan hingga 3 kali lipat, tapi si tukang bangunan tetap bersikeras ingin pensiun.

Si bos sangat sedih karena ia akan kehilangan salah satu tukang bangunan terbaiknya. Tapi si bos juga tidak ingin memaksa agar tukang bangunannya tetap bekerja di perusahaannya.

A‎khirnya si bos berkata, "Baik, kami akan mengabulkan permohonan pensiunmu, tapi dengan satu syarat. Tolong bangunkan kami satu rumah lagi untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu silahkan kamu pensiun."

Bosnya menambahkan, "‎Kerjakan dengan cara dan keahlian terbaik yang kamu bisa, dan kamu bebas membangun dengan semua bahan material terbaik yang ada."‎

Si tukang bangunan pun dengan berat hati akhirnya menerima persyaratan dari bosnya. ‎Dengan senyum, ia menyembunyikan keterpaksaannya agar tidak diketahui oleh si bos.

Mulailah dibangun sebuah rumah. Karena dibangun dengan berat hati, terpaksa melakukannya, dan merasa bahwa rumah tersebut adalah rumah terakhir yang dibangunnya, akhirnya si tukang bangunan mengerjakannya asal-asalan. Material yang digunakannya pun jauh di bawah standar. "Yang penting cepat selesai," gumamnya 

Dan secara hitungan professional, rumah itu nantinya tidak akan bertahan lama.

Singkat cerita, selesailah rumah tersebut, dan si tukang bangunan menyerahkan kunci rumah kepada bosnya.

Apa kata bosnya?

Bosnya berkata, "Saudaraku.. rumah yang kamu bangun terakhir kalinya itu adalah untukmu, itu bonus dari kami karena kamu telah bekerja bersama kami selama puluhan tahun dan telah mendatangkan keuntungan yang sangat banyak. Silahkan ambil rumah itu sebagai bonus dari kami."

Lalu apa yang terjadi?

Si tukang bangunan kaget dan menyesal. Andaisaja ia tahu bahwa rumah yang dibangun terakhir kalinya itu adalah untuknya, maka niscaya ia akan membangunnya dengan rapih, tidak asal-asalan, dan pasti menggunakan material yang paling mewah.

Apa hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini?

Pertama, kisah si tukang bangunan ini sebagai ilustrasi dalam cara kita beribadah kepada Allah. Banyak di antara kita, mungkin termasuk saya, yang beribadah kepada Allah itu asal-asalan.‎ Seringkali kita melakukan ibadah dengan tergesa-gesa dan apa adanya, bahkan hanya sekedar menggugurkan kewajiban.

Padahal kita semua tahu bahwa ibadah yang kita lakukan itu nantinya akan berpulang kepada diri kita sendiri. Bukan untuk Allah! Allah tidak butuh ibadah manusia.

Sekalipun seluruh manusia beribadah kepada Allah, itu tidak akan menambah keagungan Allah sedikitpun. Atau sebaliknya, sekalipun seluruh manusia tidak ada yang beribadah kepada Allah, itu pun tidak mengurangi keagungan Allah sedikitpun.

Jadi, ibadah yang kita lakukan, mungkin capek harus bangun malam, harus capek menahan lapar dan haus, harus capek membaca Alquran, harus berkorban mengeluarkan sebagian harta, semua ibadah tersebut nantinya berpulang untuk diri kita sendiri.

Hikmah kedua yang dapat dipetik dari kisah ini adalah bahwa si tukang bangunan mengakhiri karirnya dengan tidak baik. Yang dulunya ia bekerja dengan baik, rapih, dan profesional, tapi di akhir pekerjaannya justru dilakukannya asal-asalan.‎ Dalam bahasa agama dinamakan dengan "Suu`ul Khatimah", akhir yang tidak baik.

Kita pun begitu, jangan sampai kita mengakhiri hidup ini dengan tidak baik. Kecil belajar di TPA dan hapal juz 'amma, remaja aktif di masjid, dewasa beribadah dengan baik, eh di masa tua malah Murtad! Na'udzubillah..

Kecil sholeh, remaja sholeh, dewasa sholeh, eh tua murtad. Pagi sholeh, siang sholeh, sore sholeh, eh pas malam murtad! Na'udzubillah.

Maka ada doa yang harus sering kita panjatkan kepada Allah agar kita wafat dalam keadaan yang baik, dalam keadaan *Husnul Khatimah", salah satunya.

اللَهُمَّ اخْتِمْ لنا بِحُسْنِ الْخَاتِمَة وَلاَ تَخْتِمْ عَلَيْنَا بِسُوءِ الخَاتِمَة

Ya Allah, tutuplah usia kami meninggalkan dunia ini dalam keadaan Husnul Khatimah, dalam keadaan yang baik, dalam keadaan yang Engkau ridhoi. Dan jangan Engkau cabut nyawa kami dalam keadaan Suu`ul Khatimah, dalam keadaan yang tidak baik, dalam keadaan Engkau murka kepada kami. (#af_m)